Hari ini satu bulan yang lalu..
Hanya ada kata kenapa, kenapa dan kenapa..
Saat saya merasakan kebahagiaan yang begitu lengkap..
Ketika dengan bahagianya saya mengucapkan "Selamat Tahun Baru dengan Beribu Harapan Baru"
Ketika dengan penuh syukur saya mengucap alhamdulillah dengan kehamilan pertama saya..
Dan ketika saya merasa semua kejatuhan dan kehampaan yang saya rasakan beberapa tahun lalu berubah menjadi penuh suka cita..
Hari ini satu bulan yang lalu..
Pagi itu saya memaksakan diri untuk kembali bekerja dengan kondisi yang kurang fit, setelah merasakan morning sickness yang mendera semua wanita muda..
Pagi itu saya meminta suami saya yang sedang sakit untuk mengantar saya ke kantor..
Pagi itu saya juga meminta sahabat saya untuk menemani saya membeli sarapan di sebuah gerai kue di mall tempat gedung perkantoran saya berdiri..
Hari ini satu bulan yang lalu..
Saat sedang menikmati kue dan teh hangat..
Saat suami saya selesai mencuci mobil kami di sebuah tempat pencucian mobil..
Saat saya mulei kembali mengerjakan pekerjaan rutin saya sebagai interior designer..
Telepon saya berdering..
Dering telepon yang sering nantikan dari suami yang saya cintai..
Dering telepon yang setia menghubungi saya belasan bahkan puluhan kali setiap harinya..
Namun baru saya sadari, dering telepon pagi itu bukan dering telepon yang ingin saya dengar..
Dengan penuh kehati-hatian, suami saya mengabarkan duka cita atas kepergian cinta pertama saya..
Pagi itu..
Pagi yang lebih cerah dari biasanya..
Pagi dimana matahari lebih bersinar dibandingkan hari-hari sebelumnya..
Pagi dimana akhirnya menjadi pagi kelabu buat saya dan keluarga..
Pagi dimana Saya harus bisa mengontrol emosi saya..
Emosi atas kehilangan terbesar dalam hidup saya..
Emosi yang harus bisa tetap stabil demi janin yang baru berusia 9 minggu di kandungan saya..
Hari ini satu bulan yang lalu..
Semua cerita dari masa lalu saya muncul di benak saya bagaikan cuplikan video klip yang tergambar indah..
Indah bagaikan sosok yang saya kagumi dan cintai..
Sosok yang mulai menua..
Sosok yang sangat bahagia ketika saya menemukan pasangan hidup saya..
Sosok yang menangis terharu ketika pertama kali saya mengabarkan kehamilan saya..
Sosok yang saat ini sangat saya rindukan..
Papa..
Genap satu bulan tanpa kehadiranmu..
Genap satu bulan ketika terakhir kalinya saya memeluk erat jasadmu yang terbujur kaku..
Genap satu bulan ketikamalam sebelumnya kau menitipkan aku pada suamiku untuk terakhir kalinya..
Genap satu bulan saat kau katakan kau akan mengadakan pengajian di bulan februari untuk kehamilan ku..
Ya pa.. Kami akan mengadakan pengajian di bulan februari ini..
Tapi pengajian ini akan kami adakan untuk mengenang 40 hari wafatmu..
Kepergianmu yang begitu mendadak, tanpa sakit dan firasat berarti..
Kepergianmu yang begitu dimudahkan oleh Allah..
Kepergianmu yang disaksikan cucu-cucumu yang saat itu (entah kenapa) tidak ada yang masuk sekolah..
Kepergianmu yang diapit orang yang sangat mencintaimu.. Mama dan kakakku..
Kepergianmu yang menitikkan air mata terakhir dengan menghadap kiblat..
Subhanallah ya Allah..
Engkau lebih sayang hamba-Mu..
Engkau lebih menginginkan dia kembali ke pelukan-Mu..
Engkau menjaga dia dari dosa-dosa dunia..
Titip rindu kami untuknya..
Lapangkan dan terangi kuburnya ya Allah..
Jagalah jasadnya agar selalu hangat dipeluk bumi-Mu..
Hapuskan segala dosa-dosanya..
Terimalah iman-islamnya..
Semoga beliau meninggal dalam keadaan khusnul khotimah..
Amin.. Amin YRA..
Kami sayang papa ya Allah..
Love,
Vicka
(daddy's little daughter)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar