Tepat 1 bulan, 1 minggu saya menjalani peran saya sebagai ibu bekerja. Banyak sekali pengalaman yang sudah saya alami. Saya mulai satu persatu ya.
Ketika akan kembali bekerja, suami sudah mengingatkan saya untuk mulai menyimpan ASI. Walaupun sempat dilarang dokter laktasi untuk pumping (bukan dilarang ya, tapi lebih tepatnya menunda untuk pumping), saya tetap pumping di awal September 2015. Saya kembali bekerja 12 Oktober 2015, jadi saya punya banyak waktu untuk menyimpan ASIP.
Tepat di 30 Agustus 2015, saya mulai pumping. Saya pumping 1 hari 2-3 kali (seharusnya setiap 2 jam, maksimal 4 jam), namun karena Aira menyusuinya cukup sering, jadi saya selalu merasa payudara (PD) saya kosong. Setiap hari suami rajin menelpon saya hanya untuk mengingatkan "jangan lupa pumping". Jumlah ASI yang saya pumping saat itu sekitar 30-60 ml, kadang sampai 70-100 ml di pagi hari (that's why, i love pumping in the morning). Setiap hari pumping, hingga pada saat akan bekerja, saya bisa mengumpulkan 70an botol yang berisi 60-100 ml.
Ini isi freezer saya, 1 hari menjelang saya kembali bekerja
Sebelum saya bekerja, saya juga mulai melatih Aira minum menggunakan botol dot. Akhirnya saya memutuskan menggunakan dot, dengan pertimbangan kemudahan pemberian susu oleh ibu saya atau mbak yang akan menjaga Aira selama saya bekerja. Melatih pemberian ASIP menggunakan dot dilakukan oleh orang lain selain saya, karena menurut info yang saya dapatkan, pemberian dot ini lebih baik bukan oleh ibunya, supaya si bayi tidak merasa ditolak oleh ibunya. Saya sudah sempat memberikan ASIP melalui sendok dan cup feeder, tapi Aira ngamuk dan susu nya disembur-sembur. Kadang, ia juga ga sabaran, sehingga banyak ASIP yang tumpah. Sampai akhirnya, kami memutuskan untuk memberikannya melalui dot. Alhamdulillah dia tidak bingung puting.
Berikut beberapa hal yang saya lakukan ketika melatih Aira sebelum saya kembali bekerja :
1. Pemberian ASIP melalui botol dot dilakukan oleh orang lain, selain saya, yaitu suami saya, ibu saya dan pengasuhnya.
2. Sebelum memberikan dot, saya komunikasikan dengan bayi saya. Saya selalu mengatakan "Aira, minum susunya pake dot ya. Nanti kan mama kerja. Kalo mama kerja, Aira minumnya lewat dot. Kalo mama sudah pulang kantor, nanti mimi sama mama lagi"
Hari pertama saya masuk kantor juga bukan hal yang mudah. Setiap kali akan diberikan susu, Aira marah, nangis sekejer-kejernya. Ibu saya beberapa kali menelpon saya untuk menenangkan Aira yang menangis kencang. Begitu terus hingga hampir 1 minggu.
Pada saat ada acara Mother & Baby Fair di Balai Kartini, saya sengaja mengikuti seminar mengenai Hypnobreastfeeding. Acara nya cukup memberikan informasi kepada saya yang saat itu sedang kebingungan menghadapi Aira yang selalu menangis kencang saat akan minum susu.
Yang bisa saya simpulkan dari masalah pemberian ASIP ke bayi adalah "positive thinking. Yakin bahwa bayi kita bisa menyusui saat ditinggal bekerja, sugestikan bayi dengan berkomunikasi dengannya. Jangan mengunakan kalimat negative, misalnya 'jangan rewel ya nak', ganti kata jangan dengan menggunakan kalimat positive lainnya, seperti 'Aira pinter ya kalo mama tinggal kerja, pinter minum dari dot ya sayang. Nanti malem ketemu mama lagi, kita nyusu langsung ya nak".
Pada saat di kantor, jangan terlalu memikirkan bayi kita. Selalu positive thinking bayi kita akan baik-baik saja di rumah. Alhamdulillah, dengan melakukan hal tersebut, saya bisa lebih konsentrasi bekerja dan bayi saya baik-baik saja ketika ditinggal di rumah.
Saya juga sempat mengalami kepanikan saat lampu mati. Waktu itu siang hari, lampu mati dan ketika saya telpon ke PLN, PLN mengatakan bahwa ada kerusakan gardu dan tidak bisa memastikan lampu akan menyala jam berapa. Langsung saat itu juga, saya ke Ace Hardware (untung jarak dari rumah ke Ace Hardware hanya 10 menitan), parkir menggunakan valet dan saya langsung ngibrit cari cooler box. Dalam 30 menit, saya sudah kembali ke rumah dan memindahkan seluruh botol ASIP saya ke dalam cooler box.
Ini cooler box yang sudah berisi ASIP saya
Ada lagi kejadian saat saya lupa membawa coolerbag. Waktu itu hari jumat, ketika akan pumping, saya mencari cooler bag saya dan tidak ada. Saya baru sadar bahwa cooler bag saya tertinggal di rumah. Karena akan ditinggal weekend, saya tidak mungkin meninggalkan ASIP saya di kulkas kantor. Saya buang, sayang. Sempat mampir ke bird and bees untuk membeli cooler bag yang agak murah, namun mereka tidak menjualnya. Mau mampir ke Ambas, sudah terbayang penuh dan susahnya mencari parkir. Jadilah saya urungkan ke Ambas. Akhirnya, sebelum pulang kantor, saya mampir ke Cold Stone untuk membeli es krim dan meminta dry ice untuk ASIP saya. Ada untung nya juga berkantor di mixed use building. Ada kantor, ada mall. Jadilah ASIP saya aman sampai rumah.
Kejadian lainnya ketika saya lupa membawa kantung ASIP. Untungnya saya menggunakan double pump, jadi saya memiliki 2 botol beserta tutupnya. Jadilah waktu pumping yang biasanya 3 kali, saya kurangi jadi 2 kali. Botol yang saya gunakan untuk pumping, saya gunakan pula untuk menyimpan ASIP.
Ketika sudah menjalani kehidupan sebagai ibu bekerja, begini kira-kira kehidupan saya sekarang.
Saya ke kantor naik KRL. Jarak dari rumah ke stasiun sekitar 5 menit menggunakan motor. Sampai kantor ngeblow, dandan, sarapan dan pumping. Lalu bekerja. Jam 11an, pumping kedua bersama 2 orang mama perah lain, lalu istirahat, kerja dan pumping lagi jam 4an. begitu setiap hari. Oh iya, setiap harinya Aira akan bangun jam 3 pagi untuk menyusu langsung, saya susui lalu tidur kembali dan saya akan bangun jam 5 kurangan, biasanya saya pumping dulu. Sebelum berangkat ke stasiun, saya kembali menyusui Aira (sekitar jam 5.30). Pulang kantor, saya menggunakan KRL kembali. Jika jalanan dan KRL lancar, saya sudah sampai di rumah jam 7 malam. Langsung mandi dan menghampiri aira untuk menyusui kira-kira jam 7.30. Hingga akhirnya tidur, saya selalu menyusui langsung. Jadi, dalam sehari saya akan pumping sebanyak 4 kali (idealnya minimal 5 kali. 1 kali sebelum ke kantor, 3 kali di kantor, 1 kali di rumah saat pulang kantor) dengan rata-rata 400-500 ml ASIP. Tentunya jumlah ini pas-pas an dengan jumlah minum Aira yang 60ml dikali 7-10 botol. Weekend saya malas pumping. Seharusnya seh, pumping terus dilakukan ya walaupun weekend. Jangan ditiru ya ibu-ibu.
Ini perlengkapan pumping saya di awal-awal pumping :
Di awal-awal pumping, saya menggunakan electric single pump dari medela, tipe Medela Swing. Kalo boleh saya review disini, saya review ya. Jadi, medela ini enak banget dipake nya, ga berisik. Ada 2 fase, yaitu memijat untuk merangsang LDR dan fase keluarnya ASI. Medela Swing ini membantu banget ketika di awal-awal ASI saya keluarnya sedikit. Lalu karena menggunakan Medela Swing ini perlu listrik atau batre, saya meminta dibelikan breast pump manual, yaitu Medela Harmony. Awal menggunakan Harmony ini saya cukup puas. 10 menit bisa dapet 50 ml. Tapi lama-lama, ketika sudah kembali bekerja dan waktu pumping sedikit, saya upgrade Swing saya ke Swing Maxi, sehingga 20 menit bisa dapet 100-150 ml. Sangat menghemat waktu pumping saya di kantor. Begini penampakan Swing Maxi :
Ketika di kantor, ini perlengkapan perang saya untuk masalah per"pumping"an :
Medela Cooler Bag ini setia menemani saya menembus kemacetan Jakarta, naik turun KRL, ojek, angkot dan motor.
Saringan sayur untuk mencuci alat pumping. Wadah mangkuk yang besar untuk merendam alat pumping. Saringannya untuk menyaring dan mengeringkan alat pumping yang habis dicuci. Oh iya, karena di kantor tidak ada sterilizer, saya mencuci alat pumping saya dengan merendam (diberikan sedikit sabun cuci botol) menggunakan air hangat.
Sikat botol. Saya memilih yang berujung busa, supaya tidak merusak botol. Kalo paket sikat botol biasa, biasanya meninggalkan baret di botolnya.
Sleek pencuci botol. Murah meriah.
Kantung ASI Natur. Saya agak malas ya membawa botol kaca. Berat. (Ini jangan ditiru neh)
Kira-kira, itu lah alat tempur perpumpingan saya di kantor.
Oh iya, saya sempat mendapatkan image tentang lancar menyusui, sukses bekerja dari Aimi ASI. Lumayan lho.. tips nya membantu saya ketika akan masuk kerja. Intinya :
1. Menyiapkan diri sejak masa kehamilan.
2. Jika memungkinkan, ambil cuti lebih panjang setelah melahirkan.
3. Cari dukungan dari suami, orang tua, keluarga, pengasuh yang akan membantu, rekan kerja dan atasan.
4. Temukan ibu lain yang juga bekerja dan menyusui, bertukar informasi, tips dan trik akan membantu kelancaran.
5. Berlatih memerah ASI. Semakin sering latihan dan memerah, maka akan semakin mahir.
6. Diskusikan dengan pengasuh dan siapkan langkah yang perlu dilakukan saat kita akan kembali bekerja.
7. Pastikan tempat kita bekerja memiliki fasilitas yang memadai untuk mendukung ibu menyusui.
8. Idealnya memerah setiap 2-3 jam sekali agar mempertahankan produksi ASI.
9. Sebelum kembali bekerja, lakukan kegiatan di luar rumah sesuai jam bekerja.
10. Pastikan komitmen dukungan dari sekitar kita, komitmen pada diri sendiri untuk tetap memberikan ASI dan bekerja secara profesional.
Berbicara mengenai komitmen untuk tetap memberikan ASI dan bekerja secara profesional, saya punya cerita sendiri. Saat itu, saya ditugaskan kantor untuk setting furniture di salah satu proyek show unit apartment di Jakarta Selatan. Sebelum setting, saya juga punya tanggung jawab untuk membeli beberapa artwork terlebih dahulu. Praktis, sejak pukul 9.30 pagi, saya sudah berada di luar kantor untuk mengarungi jalanan yang macet di hari Jumat. Hari itu, saya ke kantor membawa mobil beserta cooler box besar dan beberapa ice gel dan es batu. Sepanjang hari, saya jalan-jalan keliling jakarta, mondar mandir di proyek untuk setting, namun pumping tetap jalan. Alhamdulillah saya dapat 6 botol berisi 60-100 ml ASIP dan aman hingga saya kembali ke rumah di jam 11.30 malam.
Semoga saya bisa terus memberikan ASI kepada Aira hingga ia berusia 2 tahun. Amin.
Love,
Vicka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar