FYI ya.. pengalaman menyusui ini membuat saya berdarah-darah.. Tertusuk pilu dan positifnya saya menjadi tidak mudah menyerah begitu saja..
Sebagai calon ibu.. Saya sungguh excited ketika kandungan saya memasuki usia 7 bulan.. Excited akan menjadi ibu, excited belanja barang-barang bayi yang lucu-lucu.. Excited melihat perkembangan janin dari layar USG, semua serba excited.. Sayangnya.. saya agak sedikit menyepelekan masalah per'ASI'an.. Bukan menyepelekan khasiat ASI yang luar biasa.. tapi menyepelekan (mungkin bahasa tepatnya adalah menggampangkan) pemberian ASI.. Saya belum sempat mempelajari seluk-beluk pemberian ASI.. Bagaimana posisi menyusui yang benar, posisi latch-on yang benar, berapa kebutuhan ASI saat bayi baru lahir, sampai bagaimana menolak gangguan-gangguan pemberian sufor..
Hari pertama melahirkan, saya masih terbaring di RS.. Dikarenakan saya SC, jadilah saya tidak boleh turun dari tempat tidur selama 24 jam.. 24 jam setelahnya saya diharuskan belajar turun dari tempat tidur.. Belajar duduk, belajar berdiri, belajar jalan, belajar pee di closet dan belajar mandi.. Semua seperti anak kecil yang baru belajar.. Alhamdulillah semua dilakukan dengan bantuan suami tercinta..
1 jam pasca pemindahan dari ruang pemulihan ke ruang rawat inap, saya meminta suster untuk membawa Aira (panggilan Almaira) ke kamar.. Kangen rasanya.. Karena saya baru melihat Aira sebentar saat IMD di ruang operasi.. Sebenarnya, dengan kamar kelas 1 utama, bayi bisa rooming in di kamar.. Namun, karena kami merasa repot jika bayi nya akan dibersihkan, jadilah kami memutuskan untuk tetap di kamar bayi saja.. (Belakangan saya sedikit menyesal dengan keputusan saya saat itu..)
Hari kedua, ketika saya sudah
Suster menyarankan supaya saya tetap tenang, karena perasaan bayi itu sangat sensitif.. Jadi, apapun yang dirasakan dan dipikirkan ibunya, dia bisa merasakan.. Suster juga menyarankan untuk sering melakukan skin to skin contact untuk memberikan kenyamanan bagi bayi.. Bayi ini bisa mengenali ibunya dengan mencium bau badan sang ibu, karena bau badan sang ibu itu sama dengan bau air ketuban, tempat sang bayi tinggal selama 9 bulan.. Jadi, supaya bayi merasa tidak asing dan merasa nyaman, disarankan untuk melakukan skin to skin sesering mungkin..
Ketika Aira sedang merasa tenang dan nyaman.. Saya selalu mencoba mendekatkan dia dengan Payudara (PD) saya.. Maksudnya seh supaya dia familiar dan mulai belajar menyusui.. Namun ketika mulutnya didekatkan ke PD saya, dia hanya menjilat puting, tanpa membuka mulutnya yang besar (untuk kemudian menyusui).. Ketika saya sedikit memaksa dia, yang ada malah nangis.. Dan itu berulang-ulang terjadi.. Daaaan, drama menyusui pun dimulai..
Selalu menangis ketika belajar menyusui membuat saya bingung.. Padahal saya sudah berusaha tenang.. Awalnya saya berpikir, Aira tidak bisa menyusui karena puting saya rata, namun ternyata bayi itu menyusui bukan di puting, tapi di aerola.. Nanti saya share tentang posisi menyusui ya..
Hari kedua melahirkan, PD saya dipencet sama suster, ternyata ASI nya sudah keluar.. Tinggal bayi nya aja yang belajar menyusui.. Hari ketiga masih tetap sama dramanya.. Bayi menangis ketika didekatkan ke PD.. Hari keempat.. Waktunya pulang kerumaaah.. Horeeee.. Tapi sampai hari keempat pagi hari, drama masih saja berulang.. Jadilah saya meminta untuk konsultasi dengan konselor laktasi yang kebetulan hari itu praktek.. Sangat disayangkan, RSIA sekelas YPK belum memiliki klinik laktasi yang proper.. Konselor laktasi hanya ada 1 dokter dan itupun tidak praktek setiap hari..
Intinya sama.. berikut beberapa hal yang bisa saya simpulkan terkait dengan belajar menyusui :
1. sesering mungkin skin to skin contact dengan bayi
2. ibu harus tenang dan relax
3. Percaya Diri memegang bayi
4. bayi nya diajak ngomong, supaya ada komunikasi antara ibu dan bayi
Buat saya ada tambahan.. Dikarenakan puting saya rata, dokter menyarankan untuk menarik-narik putingnya (memang seh, menyusui itu kan bukan di puting ya.. tapi di aerola.. Cuma ternyata kalo PD sudah maju, bayi lebih mudah latch-on).. Menarik puting ini bisa menggunakan nipple puller atau sering pumping..
Pulang ke rumah.. Hati riang.. pergi bertiga, pulang berempat.. (kenapa bertiga? karena ibu saya ikut menemani).. Drama menyusui belum berakhir..
Kami sampai di rumah menjelang isya.. Malam nya saya coba menyusui, namun Aira tetap menangis.. Akhirnya saat itu saya putuskan untuk coba memompa ASI saya dan Aira diminumkan dengan sendok.. Begitu seterusnya hingga keesokan harinya.. Sampai pada hari kelima di malam hari, Aira menangis seperti kekurangan minum.. Waktu itu, sekali pompa dapet 15 ml ASI..
Padahal ya.. untuk ukuran lambung bayi yang baru berumur 5 hari, ASI Perahan (ASIP) saya segitu sudah termasuk banyak.. Namun dikarenakan bayik mungil itu terus menerus menangis.. akhirnya goyah juga pertahanan saya dan suami dengan memberikan susu formula.. Dan belakangan, hal ini sangat-sangat saya sesalkan.. Karena apa? Karena pengetahuan saya tentang ukuran dan daya tampung lambung bayi masih nol.. Jadi gampang tergoyahkan..
Disini, saya share ya Ukuran dan Daya Tampung Lambung Bayi yang saya ambil dari media informasi mothercare yang diambil dari Wahana Visi Indonesia :
(sumber : Informasi Mothercare dari Organisasi Wahana Visi Indonesia)
Jadi.. bagi kalian yang masih hamil, perbanyaklah informasi mengenai menyusui.. Jangan goyah dengan bisikan-bisikan dari orang tua, mertua dan keluarga untuk memberikan sufor.. Bayi menangis belum tentu haus kan..?!? Jangan berkecil hati kalo di awal-awal, hasil pompa kalian hanya membasahi pantat botol.
Akhirnya hari kelima jam 10 malam kami memberikan sufor kepada Aira, keesokan harinya kami pergi ke YPK untuk cek bilirubin.. Sampai RS, saya ketemu dengan dr. Yusfa dan langsung curhat soal pemberian sufor.. Dengan mimik sangat menyesal, beliau langsung gemes dan meminta saya untuk masuk ke ruang prakteknya.. Dengan baik hati beliau memberikan resep "Saya kasih resp ya Vick.. Suntikan dan Vometa, untuk melancarkan ASI nya ".
Keesokan harinya, hasil pumping saya meningkat. Bisa 40-60 ml sekali pumping, bahkan pernah 70 ml. Hanya saja, ada 1 hal yang masih mengganjal.. Aira masih belum bisa menyusui langsung di PD saya. Setiap hari saya coba memberikan PD saya. Saya juga sering melakukan skin to skin contact supaya Aira bisa menyusui langsung.
Pas hari ke 21, Aira berhasil menyusui langsung. Seneeeeeng banget. Prestasi buat saya dan Aira. Setiap kali dia minta nyusu, langsung saya susui. Tetapi setelah diperhatikan, Aira menyusui nya lama, bisa sekitar 1 jam (padahal yang saya baca, banyak ko yang menyusui hanya 5-15 menit).
Esoknya, puting saya lecet (belakangan saya tahu bahwa Aira belum menyusui dengan benar). Awalnya di PD kiri, lalu ke PD kanan. Saya pun memberikan salep medela purelan. Bahkan saking perihnya, saya sempat tidak menyusui langsung. Akibatnya PD saya sakit. Mau angkat tangan saja tidak bisa. Lalu saya pijat PD. Membaik sebentar, lalu begitu lagi.
Tidak lama setelah itu, saya sengaja ke klinik laktasi di YPK untuk mencari penyelesaian masalah menyusui ini. Saya keukeuh ingin memberikan ASI kepada Aira.
Intinya :
1. saya diajarkan posisi menyusui yang nyaman untuk saya dan Aira.
Berikut posisi menyusui yang saya dapatkan dari mbah google :
2. Aira dilatih posisi menyusui yang benar. Latch-on yang benar.
Posisi Latch-on yang benar, bayi menyusui di aerola bukan di puting.
Agar lebih mudah mendapatkan latch on yang benar, pegang tengkuk bayi, ketika mulut bayi sedang terbuka lebar, masukkan aerola ke mulut bayi.
Untuk hal ini, bisa dibaca blog nya dr. Maharani Bayu mengenai Latch-on.
3. Untuk menghindari menyusui terlalu lama, dokter mengusulkan untuk memberikan ASI melalui alat suplementasi. Kasusnya sama seperti relaktasi.
Untuk lebih jelasnya, bisa baca disini.
Saya dianjurkan untuk memberikan tambahan ASI donor, ASI perahan atau Sufor melalui alat suplementasi. Awalnya menggunakan suntikan yang dimodifikasi, seperti ini :
Lalu saya membeli Medela - Suplemental Nursing System, seperti ini :
Keesokan harinya, hasil pumping saya meningkat. Bisa 40-60 ml sekali pumping, bahkan pernah 70 ml. Hanya saja, ada 1 hal yang masih mengganjal.. Aira masih belum bisa menyusui langsung di PD saya. Setiap hari saya coba memberikan PD saya. Saya juga sering melakukan skin to skin contact supaya Aira bisa menyusui langsung.
Pas hari ke 21, Aira berhasil menyusui langsung. Seneeeeeng banget. Prestasi buat saya dan Aira. Setiap kali dia minta nyusu, langsung saya susui. Tetapi setelah diperhatikan, Aira menyusui nya lama, bisa sekitar 1 jam (padahal yang saya baca, banyak ko yang menyusui hanya 5-15 menit).
Esoknya, puting saya lecet (belakangan saya tahu bahwa Aira belum menyusui dengan benar). Awalnya di PD kiri, lalu ke PD kanan. Saya pun memberikan salep medela purelan. Bahkan saking perihnya, saya sempat tidak menyusui langsung. Akibatnya PD saya sakit. Mau angkat tangan saja tidak bisa. Lalu saya pijat PD. Membaik sebentar, lalu begitu lagi.
Tidak lama setelah itu, saya sengaja ke klinik laktasi di YPK untuk mencari penyelesaian masalah menyusui ini. Saya keukeuh ingin memberikan ASI kepada Aira.
Intinya :
1. saya diajarkan posisi menyusui yang nyaman untuk saya dan Aira.
Berikut posisi menyusui yang saya dapatkan dari mbah google :
(Sumber :pondokibu.com)
Untuk saya, saya nyaman menyusui sambil duduk dengan ditopang bantal menyusui. Buat yang sedang belanja keperluan bayi, bantal menyusui ini penting banget lho. 2. Aira dilatih posisi menyusui yang benar. Latch-on yang benar.
Posisi Latch-on yang benar, bayi menyusui di aerola bukan di puting.
Agar lebih mudah mendapatkan latch on yang benar, pegang tengkuk bayi, ketika mulut bayi sedang terbuka lebar, masukkan aerola ke mulut bayi.
Untuk hal ini, bisa dibaca blog nya dr. Maharani Bayu mengenai Latch-on.
3. Untuk menghindari menyusui terlalu lama, dokter mengusulkan untuk memberikan ASI melalui alat suplementasi. Kasusnya sama seperti relaktasi.
Untuk lebih jelasnya, bisa baca disini.
Saya dianjurkan untuk memberikan tambahan ASI donor, ASI perahan atau Sufor melalui alat suplementasi. Awalnya menggunakan suntikan yang dimodifikasi, seperti ini :
Spuit
Pipet
3M
Cara merangkai, cara kerja dan cara pemberian ke bayi bisa dilihat di blog nya dr. maharani bayu ya. Image ini saya ambil melalui searching di google.
Lalu saya membeli Medela - Suplemental Nursing System, seperti ini :
Walaupun membeli medela SNS ini lebih mahal, namun lebih praktis. Spuit dan Pipet nya tidak perlu di ganti. Sedangkan kalo pake rakitan, spuit dan pipet nya harus diganti 2x seminggu.
Aira juga didiagnosa mengalami tongue tie dan lip-tie, maka dari itu perlekatannya tidak sempurna. Untuk mengatasi masalah ini, ia harus di incisi fratenomy, yaitu pengguntingan sekat lidah dan bibirnya. Di YPK, prosedur incisi dilakukan oleh Spesialis Bedah, namun di KMC bisa dilakukan di poli biasa. Berhubung konselor laktasi YPK praktek juga di KMC, jadilah kami melakukan fratenomy di KMC.
Setelah fratenomy, Aira langsung menyusui untuk menahan perdarahan yang mungkin muncul, juga memberikan kenyamanan dan analgesia pada bayi. Alhamdulillah incisi berjalan lancar. Aira juga harus rutin melaksanakan senam lidah dan mulut, minimal 5 kali sehari.
Untuk masalah kekurangan berat badan, Aira tetap menggunakan suplementasi. Sebaiknya suplementasi dengan ASIP, baik itu ASI donor atau ASI Perahan sendiri, namun karena produksi ASI saya belum banyak, maka kami berikan sufor. hiks.. Suami tidak percaya dengan ASI donor (takut tertular penyakit berbahaya yang tidak terscreening secara medis).
Untuk meningkatkan produksi ASI, ada beberapa hal yang saya lakukan :
1. pijat Bunda Dyah.
Bunda Dyah ini awalnya memijat bayi, lama-kelamaan banyak orang tua yang dipijit oleh bunda dan akhirnya orang dewasa pun dipijit oleh bunda. Dipijit bunda bukan selayaknya pijit enak dan santai seperti pijit di Dian Kenanga, namun pijit sakit. Apabila kita sakit tertentu, maka bagian yang dipijit itu akan sakit.. Sakitnya sakiiiit banget, kaya disayat-sayat. Tapi setelahnya, badan jadi ringan, enteng dan bisa tidur nyenyak (tidur yang benar-benar istirahat).
Jadi tujuan ke bunda dyah adalah pijit Aira dan pijit saya. Saya sendiri dipijat sebadan-badan. Maklum yaa.. ibu baru, abis melahirkan dan begadang-begadang, badan rasanya poll banget pegelnya. Setelah itu, saya request pijat untuk memperlancar ASI. Baru dipegang payudaranya, bunda langsung bilang "ini salurannya banyak yang belum kebuka. Harusnya bisa banyak lho ASI nya". Baru mingkem, ga lama tangan bundaa memijat PD saya. Asliiii.. sakiiiit.. sampe teriak-teriak. Ditahan demi ASI.
Alhamdulillah, besok-besoknya.. Aira mimi nya ga lama, langsung bobo, kenyang.. Pumping juga dapetnya mulai banyak lagi. Sebelumnya sempat drop di 20 ml.
Sekarang saya rutin pijat di Bunda. Selain pijat badan, juga pijat PD. Supaya asi tetap banyak. Walaupun harus sakit-sakit ya.. Tapi udahannya enak banget..
2. minum suplemen dari dokter
Saya diberikan laktamor dan domperidon. Domperidon ini tidak bisa diminum selamanya. Sebenarnya domperidon ini adalah obat mual, yang memiliki efek meningkatkan hormon pemproduksi ASI.
3. minum booster ASI
Saya sempat mencoba lactasip. Kayanya seh nambah ya produksi ASI nya. Tapi karena jamu banget, saya tidak suka. Jadi cuma minum 2 mingguan.
4. makan makanan bergizi
Makanan yang bisa meningkatkan ASI, pasti saya minum. Mulai dari katuk, bayem, pepaya muda di rebus, pare, susu kedelai, kacang ijo, sari kurma. Semua saya lahap. Tapi menurut saya, yang bisa meningkatkan ASI adalah perasaan bahagia.. Mama bahagia susunya banyak. Jadi lakukan hal-hal yang membuat hati senang. Makan makanan kesukaan. Insya Allah ASI nya banyak. Tidak lupa juga minum minimal 3-4 liter per hari.
Baginilah lika-liku pemberian ASI di awal-awal menyusui. Bukan hal yang mudah. Apapun saya usahakan demi ASI. Walaupun sempat kena dot (alhamdulillah tidak bingung puting), walaupun sempat kena sufor. Tapi saya syukuri saja setiap proses nya. Tho pada akhirnya saya dan suami bisa memberikan yang terbaik untuk Aira. Saya bisa pumping untuk menggantikan ASIP yang terpakai ketika saya bekerja.
Semoga bisa terus memberikan ASI hingga usia Aira 2 tahun. Amin
Love,
Vicka