Senin, 26 Oktober 2015

Breastfeeding.. Pengalaman Pertama Menyusui

Breastfeeding.. Menyusui.. Kata-kata yang saya anggap biasa, namun butuh perjuangan ketika menghadapinya..

FYI ya.. pengalaman menyusui ini membuat saya berdarah-darah.. Tertusuk pilu dan positifnya saya menjadi tidak mudah menyerah begitu saja..

Sebagai calon ibu.. Saya sungguh excited ketika kandungan saya memasuki usia 7 bulan.. Excited akan menjadi ibu, excited belanja barang-barang bayi yang lucu-lucu.. Excited melihat perkembangan janin dari layar USG, semua serba excited.. Sayangnya.. saya agak sedikit menyepelekan masalah per'ASI'an.. Bukan menyepelekan khasiat ASI yang luar biasa.. tapi menyepelekan (mungkin bahasa tepatnya adalah menggampangkan) pemberian ASI.. Saya belum sempat mempelajari seluk-beluk pemberian ASI.. Bagaimana posisi menyusui yang benar, posisi latch-on yang benar, berapa kebutuhan ASI saat bayi baru lahir, sampai bagaimana menolak gangguan-gangguan pemberian sufor..

Hari pertama melahirkan, saya masih terbaring di RS.. Dikarenakan saya SC, jadilah saya tidak boleh turun dari tempat tidur selama 24 jam.. 24 jam setelahnya saya diharuskan belajar turun dari tempat tidur.. Belajar duduk, belajar berdiri, belajar jalan, belajar pee di closet dan belajar mandi.. Semua seperti anak kecil yang baru belajar.. Alhamdulillah semua dilakukan dengan bantuan suami tercinta..
1 jam pasca pemindahan dari ruang pemulihan ke ruang rawat inap, saya meminta suster untuk membawa Aira (panggilan Almaira) ke kamar.. Kangen rasanya.. Karena saya baru melihat Aira sebentar saat IMD di ruang operasi.. Sebenarnya, dengan kamar kelas 1 utama, bayi bisa rooming in di kamar.. Namun, karena kami merasa repot jika bayi nya akan dibersihkan, jadilah kami memutuskan untuk tetap di kamar bayi saja.. (Belakangan saya sedikit menyesal dengan keputusan saya saat itu..)

Hari kedua, ketika saya sudah dipaksa bisa duduk, suster mengajarkan saya menyusui.. Karena grogi dan ga PD memegang bayi, ketika saya gendong, Aira malah langsung nangis kejer.. Patah hati donk ya.. "Ko anak ku malah nangis dipegang mama nya..?!? hiks hiks"

Suster menyarankan supaya saya tetap tenang, karena perasaan bayi itu sangat sensitif.. Jadi, apapun yang dirasakan dan dipikirkan ibunya, dia bisa merasakan.. Suster juga menyarankan untuk sering melakukan skin to skin contact untuk memberikan kenyamanan bagi bayi.. Bayi ini bisa mengenali ibunya dengan mencium bau badan sang ibu, karena bau badan sang ibu itu sama dengan bau air ketuban, tempat sang bayi tinggal selama 9 bulan.. Jadi, supaya bayi merasa tidak asing dan merasa nyaman, disarankan untuk melakukan skin to skin sesering mungkin..
 
Ketika Aira sedang merasa tenang dan nyaman.. Saya selalu mencoba mendekatkan dia dengan Payudara (PD) saya.. Maksudnya seh supaya dia familiar dan mulai belajar menyusui.. Namun ketika mulutnya didekatkan ke PD saya, dia hanya menjilat puting, tanpa membuka mulutnya yang besar (untuk kemudian menyusui).. Ketika saya sedikit memaksa dia, yang ada malah nangis.. Dan itu berulang-ulang terjadi.. Daaaan, drama menyusui pun dimulai..

Selalu menangis ketika belajar menyusui membuat saya bingung.. Padahal saya sudah berusaha tenang.. Awalnya saya berpikir, Aira tidak bisa menyusui karena puting saya rata, namun ternyata bayi itu menyusui bukan di puting, tapi di aerola.. Nanti saya share tentang posisi menyusui ya..

Hari kedua melahirkan, PD saya dipencet sama suster, ternyata ASI nya sudah keluar.. Tinggal bayi nya aja yang belajar menyusui.. Hari ketiga masih tetap sama dramanya.. Bayi menangis ketika didekatkan ke PD.. Hari keempat.. Waktunya pulang kerumaaah.. Horeeee.. Tapi sampai hari keempat pagi hari, drama masih saja berulang.. Jadilah saya meminta untuk konsultasi dengan konselor laktasi yang kebetulan hari itu praktek.. Sangat disayangkan, RSIA sekelas YPK belum memiliki klinik laktasi yang proper.. Konselor laktasi hanya ada 1 dokter dan itupun tidak praktek setiap hari..

Intinya sama.. berikut beberapa hal yang bisa saya simpulkan terkait dengan belajar menyusui :
1. sesering mungkin skin to skin contact dengan bayi
2. ibu harus tenang dan relax
3. Percaya Diri memegang bayi
4. bayi nya diajak ngomong, supaya ada komunikasi antara ibu dan bayi

Buat saya ada tambahan.. Dikarenakan puting saya rata, dokter menyarankan untuk menarik-narik putingnya (memang seh, menyusui itu kan bukan di puting ya.. tapi di aerola.. Cuma ternyata kalo PD sudah maju, bayi lebih mudah latch-on).. Menarik puting ini bisa menggunakan nipple puller atau sering pumping..

Pulang ke rumah.. Hati riang.. pergi bertiga, pulang berempat.. (kenapa bertiga? karena ibu saya ikut menemani).. Drama menyusui belum berakhir..

Kami sampai di rumah menjelang isya.. Malam nya saya coba menyusui, namun Aira tetap menangis.. Akhirnya saat itu saya putuskan untuk coba memompa ASI saya dan Aira diminumkan dengan sendok.. Begitu seterusnya hingga keesokan harinya.. Sampai pada hari kelima di malam hari, Aira menangis seperti kekurangan minum.. Waktu itu, sekali pompa dapet 15 ml ASI..
Padahal ya.. untuk ukuran lambung bayi yang baru berumur 5 hari, ASI Perahan (ASIP) saya segitu sudah termasuk banyak.. Namun dikarenakan bayik mungil itu terus menerus menangis.. akhirnya goyah juga pertahanan saya dan suami dengan memberikan susu formula.. Dan belakangan, hal ini sangat-sangat saya sesalkan.. Karena apa? Karena pengetahuan saya tentang ukuran dan daya tampung lambung bayi masih nol.. Jadi gampang tergoyahkan..

Disini, saya share ya Ukuran dan Daya Tampung Lambung Bayi yang saya ambil dari media informasi mothercare yang diambil dari Wahana Visi Indonesia :

(sumber : Informasi Mothercare dari Organisasi Wahana Visi Indonesia) 

Jadi.. bagi kalian yang masih hamil, perbanyaklah informasi mengenai menyusui.. Jangan goyah dengan bisikan-bisikan dari orang tua, mertua dan keluarga untuk memberikan sufor.. Bayi menangis belum tentu haus kan..?!? Jangan berkecil hati kalo di awal-awal, hasil pompa kalian hanya membasahi pantat botol.

Akhirnya hari kelima jam 10 malam kami memberikan sufor kepada Aira, keesokan harinya kami pergi ke YPK untuk cek bilirubin.. Sampai RS, saya ketemu dengan dr. Yusfa dan langsung curhat soal pemberian sufor.. Dengan mimik sangat menyesal, beliau langsung gemes dan meminta saya untuk masuk ke ruang prakteknya.. Dengan baik hati beliau memberikan resep "Saya kasih resp ya Vick.. Suntikan dan Vometa, untuk melancarkan ASI nya ".

Keesokan harinya, hasil pumping saya meningkat. Bisa 40-60 ml sekali pumping, bahkan pernah 70 ml. Hanya saja, ada 1 hal yang masih mengganjal.. Aira masih belum bisa menyusui langsung di PD saya. Setiap hari saya coba memberikan PD saya. Saya juga sering melakukan skin to skin contact supaya Aira bisa menyusui langsung.

Pas hari ke 21, Aira berhasil menyusui langsung. Seneeeeeng banget. Prestasi buat saya dan Aira. Setiap kali dia minta nyusu, langsung saya susui. Tetapi setelah diperhatikan, Aira menyusui nya lama, bisa sekitar 1 jam (padahal yang saya baca, banyak ko yang menyusui hanya 5-15 menit).

Esoknya, puting saya lecet (belakangan saya tahu bahwa Aira belum menyusui dengan benar). Awalnya di PD kiri, lalu ke PD kanan. Saya pun memberikan salep medela purelan. Bahkan saking perihnya, saya sempat tidak menyusui langsung. Akibatnya PD saya sakit. Mau angkat tangan saja tidak bisa. Lalu saya pijat PD. Membaik sebentar, lalu begitu lagi.

Tidak lama setelah itu, saya sengaja ke klinik laktasi di YPK untuk mencari penyelesaian masalah menyusui ini. Saya keukeuh ingin memberikan ASI kepada Aira.

Intinya :
1. saya diajarkan posisi menyusui yang nyaman untuk saya dan Aira.
Berikut posisi menyusui yang saya dapatkan dari mbah google :

(Sumber :pondokibu.com)

Untuk saya, saya nyaman menyusui sambil duduk dengan ditopang bantal menyusui. Buat yang sedang belanja keperluan bayi, bantal menyusui ini penting banget lho.

2. Aira dilatih posisi menyusui yang benar. Latch-on yang benar. 
Posisi Latch-on yang benar, bayi menyusui di aerola bukan di puting.



Agar lebih mudah mendapatkan latch on yang benar, pegang tengkuk bayi, ketika mulut bayi sedang terbuka lebar, masukkan aerola ke mulut bayi.

Untuk hal ini, bisa dibaca blog nya dr. Maharani Bayu mengenai Latch-on.

3. Untuk menghindari menyusui terlalu lama, dokter mengusulkan untuk memberikan ASI melalui alat suplementasi. Kasusnya sama seperti relaktasi. 
Untuk lebih jelasnya, bisa baca disini.
Saya dianjurkan untuk memberikan tambahan ASI donor, ASI perahan atau Sufor melalui alat suplementasi. Awalnya menggunakan suntikan yang dimodifikasi, seperti ini :
 Spuit
Pipet
3M
 
Cara merangkai, cara kerja dan cara pemberian ke bayi bisa dilihat di blog nya dr. maharani bayu ya. Image ini saya ambil melalui searching di google.

Lalu saya membeli Medela - Suplemental Nursing System, seperti ini :



Walaupun membeli medela SNS ini lebih mahal, namun lebih praktis. Spuit dan Pipet nya tidak perlu di ganti. Sedangkan kalo pake rakitan, spuit dan pipet nya harus diganti 2x seminggu.

Aira juga didiagnosa mengalami tongue tie dan lip-tie, maka dari itu perlekatannya tidak sempurna. Untuk mengatasi masalah ini, ia harus di incisi fratenomy, yaitu pengguntingan sekat lidah dan bibirnya. Di YPK, prosedur incisi dilakukan oleh Spesialis Bedah, namun di KMC bisa dilakukan di poli biasa. Berhubung konselor laktasi YPK praktek juga di KMC, jadilah kami melakukan fratenomy di KMC.

Setelah fratenomy, Aira langsung menyusui untuk menahan perdarahan yang mungkin muncul, juga memberikan kenyamanan dan analgesia pada bayi. Alhamdulillah incisi berjalan lancar. Aira juga harus rutin melaksanakan senam lidah dan mulut, minimal 5 kali sehari.

Untuk masalah kekurangan berat badan, Aira tetap menggunakan suplementasi. Sebaiknya suplementasi dengan ASIP, baik itu ASI donor atau ASI Perahan sendiri, namun karena produksi ASI saya belum banyak, maka kami berikan sufor. hiks.. Suami tidak percaya dengan ASI donor (takut tertular penyakit berbahaya yang tidak terscreening secara medis).

Untuk meningkatkan produksi ASI, ada beberapa hal yang saya lakukan :
1. pijat Bunda Dyah.
Bunda Dyah ini awalnya memijat bayi, lama-kelamaan banyak orang tua yang dipijit oleh bunda dan akhirnya orang dewasa pun dipijit oleh bunda. Dipijit bunda bukan selayaknya pijit enak dan santai seperti pijit di Dian Kenanga, namun pijit sakit. Apabila kita sakit tertentu, maka bagian yang dipijit itu akan sakit.. Sakitnya sakiiiit banget, kaya disayat-sayat. Tapi setelahnya, badan jadi ringan, enteng dan bisa tidur nyenyak (tidur yang benar-benar istirahat).

Jadi tujuan ke bunda dyah adalah pijit Aira dan pijit saya. Saya sendiri dipijat sebadan-badan. Maklum yaa.. ibu baru, abis melahirkan dan begadang-begadang, badan rasanya poll banget pegelnya. Setelah itu, saya request pijat untuk memperlancar ASI. Baru dipegang payudaranya, bunda langsung bilang "ini salurannya banyak yang belum kebuka. Harusnya bisa banyak lho ASI nya". Baru mingkem, ga lama tangan bundaa memijat PD saya. Asliiii.. sakiiiit.. sampe teriak-teriak. Ditahan demi ASI.

Alhamdulillah, besok-besoknya.. Aira mimi nya ga lama, langsung bobo, kenyang.. Pumping juga dapetnya mulai banyak lagi. Sebelumnya sempat drop di 20 ml.

Sekarang saya rutin pijat di Bunda. Selain pijat badan, juga pijat PD. Supaya asi tetap banyak. Walaupun harus sakit-sakit ya.. Tapi udahannya enak banget..

2. minum suplemen dari dokter
Saya diberikan laktamor dan domperidon. Domperidon ini tidak bisa diminum selamanya. Sebenarnya domperidon ini adalah obat mual, yang memiliki efek meningkatkan hormon pemproduksi ASI.

3. minum booster ASI
Saya sempat mencoba lactasip. Kayanya seh nambah ya produksi ASI nya. Tapi karena jamu banget, saya tidak suka. Jadi cuma minum 2 mingguan.
 

4. makan makanan bergizi
Makanan yang bisa meningkatkan ASI, pasti saya minum. Mulai dari katuk, bayem, pepaya muda di rebus, pare, susu kedelai, kacang ijo, sari kurma. Semua saya lahap. Tapi menurut saya, yang bisa meningkatkan ASI adalah perasaan bahagia.. Mama bahagia susunya banyak. Jadi lakukan hal-hal yang membuat hati senang. Makan makanan kesukaan. Insya Allah ASI nya banyak. Tidak lupa juga minum minimal 3-4 liter per hari.

Baginilah lika-liku pemberian ASI di awal-awal menyusui. Bukan hal yang mudah. Apapun saya usahakan demi ASI. Walaupun sempat kena dot (alhamdulillah tidak bingung puting), walaupun sempat kena sufor. Tapi saya syukuri saja setiap proses nya. Tho pada akhirnya saya dan suami bisa memberikan yang terbaik untuk Aira. Saya bisa pumping untuk menggantikan ASIP yang terpakai ketika saya bekerja.

Semoga bisa terus memberikan ASI hingga usia Aira 2 tahun. Amin

Love,
Vicka




Minggu, 25 Oktober 2015

Review RSIA Mandiri & dr. Yusfa Rasyid, Sp.OG

As you know ya..

Selama kehamilan dan melahirkan, saya selalu ke RSIA YPK Mandiri dengan dokter Yusfa.. Jadi saya akan review RSIA YPK Mandiri dan dr. Yusfa Rasyid..

Tanpa dibayar sepeserpun.. saya akan menilai dr. YR ini 10/10.. my perfecto obgyn..
Penilaian ini bukan karena sang dokter ganteng ya..
OK.. baiklah kita mulai reviewnya..

Buat kalian tipikal pasien yang ingin dijelaskan dengan detail, dr. Yusfa ini bukan tipikal dokter yang dengan mudahnya menjelaskan secara detail keseluruhan proses dan perkembangan janin.. Tapi beliau akan menjelaskan dengan detail apabila pasien nya bertanya.. Selama kehamilan kita tidak ada masalah, dr. Yusfa jarang banget ngomong panjang lebar.. Waktu awal-awal, saya dan suami sempet bingung.. Setiap cek bulanan.. Kita masuk ruang poli nya, USG dan dikasih tau garis besar "bayi nya sehat neh.. bagus.. ketuban banyak, plasenta baik".. That's it.. Trus beliau nulis resep dan "Sampai ketemu bulan depan ya.."

Laaah.. kami cuma bengong.. Udah segitu doang?!? Antri lama-lama, tapi beliau cuma ngomong gitu?!? Ga sampe 15 menit kita udah keluar poli nya..
Yang menyenangkan.. setiap kontrol kami selalu di poli 103, yang mana poli 103 adalah tempatnya USG 4D.. Jadi setiap kontrol, kita mendapatkan printout sekelas 3D/4D, namun diprint hitam putih dengan biaya USG 2D.. Trik nya adalah.. kita mencari waktu kontrol dimana dr. Bambang Karsono (mbahnya dokter USG 4D di YPK) tidak praktek.. Jadi dr.YR akan praktek di poli 103.. Lumayan banget kaaan.. dapet kualitas 3D dengan harga USG biasa.. Dan kalo ga ketemu muka baby nya, dr.YR pasti nyari-nyari muka baby.. Jadi crosscheck aja ke YPK untuk mengetahui dr. Bambang Karsono praktek atau tidak.. Kalo ga praktek, ya kita bisa USG kualitas 3D/4D..

Berbicara mengenai USG 4D.. Saya melakukan USG 4D dengan dr. YR pada saat usia kehamilan saya 28 minggu.. Praktis.. Jadi ga perlu daftar dulu sebelumnya.. Masuk ruang praktek, langsung bilang "Dok, USG 4D ya dok.." Langsung disiapkan. Kalo USG 4D dengan dr. Bambang Karsono, harus daftar 1 bulan sebelumnya. Kami malas pindah-pindah dokter.. Tho dr. YR mengambil sub-spesialisasi perkembangan janin ko.. Jadi buat kami ya ga masalah..

USG 4D dengan dr. Yusfa ok ko.. Beliau teliti.. Lebih cerewet dan lebih lama dibanding cek kehamilan biasa.. Waktu itu lebih dari 30 menit tuh.. Semuanya di cek.. Teliti banget dokter nya.. Apa yang ditanyakan dijawab..

Memasuki usia 30 minggu, kehamilan saya mulai bermasalah.. Janin besar.. Jadi dr. YR melakukan beberapa observasi untuk melihat penyebab janin besar.. Disini baru terlihat bahwa dibalik diam nya dr.YR (bukan diam seh, tapi irit ngomong), beliau tetap detail ko memeriksa kondisi kita.. Dan karena sudah berbulan-bulan cek kehamilan dengan beliau, beliau lama-lama jadi hafal dengan kita.. Manggil kita juga dengan sebutan nama.. Jadi kan lebih akrab ya..

Pas mau melahirkan, beliau sangat menenangkan pasiennya..
Jadi, pas saya sms beliau mengenai kondisi janin yang pergerakannya melemah, beliau langsung meminta saya untuk segera ke RS.. Setelah 1 jam saya belum ada kabar, beliau sms kembali, menanyakan saya sudah berada dimana.. Setelah memeriksa dan memberitahu kondisi saya dan janin.. Beliau menenangkan.. Bukan ikut-ikutan panik.. Jadi saya dan keluarga pun tenang..

Begitu pun setelah melahirkan.. Beberapa kali kontrol ke YPK dan bertemu beliau di ruang tunggu, bukan sekali saja beliau menyapa kami dan melihat kondisi dd bayi saya (padahal saya sedang antri ke dokter anak)..

Kurang lebihnya.. saya, suami dan keluarga sangat puas dengan ketelitian, kesigapan dan service yang diberikan dr.YR as personal..

Untuk YPK sendiri.. Saya dan suami cukup puas kontrol dan melahirkan disana.. Suster dan bidannya ramah-ramah.. Terutama suster-susternya.. sabar-sabar.. Bidan nya juga seh.. Tapi ada beberapa bidan senior yang galak (beberapa ya, ga semua).. Saya termasuk pasien lebay yang takut sama jarum dan cek dalam.. Bukannya ditenangin, tapi malah ditakut-takutin.. Kurang sabar.. Itu pengalaman waktu observasi menjelang melahirkan ketika saya di opname untuk transfusi darah.. Tetapi ketika akan SC, alhamdulillah semua bidan nya baik-baik.. Untung bidan-bidan pas saya observasi ga ada.. Jadi saya lebih tenang..

Untuk makanan..?!? mmmmh.. nyam nyam.. Enak-enak semua.. Lauk-lauknya banyak macamnya.. 4 sehat 5 sempurna.. Makanan yang diperhatikan sesuai dengan gizi, kebutuhan dan pantangan pasien..

Untuk ruangan ?!?
Saya merasakan 2 tipe kamar..
Yang pertama : VIP - Aster (ketika observasi menjelang melahirkan)
Yang kedua : Kelas 1 Utama - Anggrek (ketika melahirkan)

VIP Aster :
Plus nya :
+ terletak di gedung baru, lantai 3
+ ruangan besar
+ desain kamar lebih baru

Minus nya :
- ruang tunggu keluarga di luar kecil (hanya terdapat single sofa sebanyak 2 buah), dan di koridor ruang
- banyak nyamuk
- kamar mandi kecil

Kelas 1 Utama - Anggrek :
Plus nya :
+ ruang tunggu keluarga besar dan berupa teras semi outdoor
+ kamar mandi lebih besar dibanding kamar mandi ruang Aster
+ ga banyak nyamuk

Minus nya :
- ruang perawatan lebih kecil dibanding VIP
- desainnya lebih kuno (karena terletak di gedung lama lantai 2)

Berikut estimasi biaya melahirkan di YPK per Maret 2015 :


Harga tersebut belum termasuk pemeriksaan tambahan untuk laboratorium, obat-obatan, dll.. Kalo mau melahirkan dengan ILA, ada tambahannya lagi. Cuma karena saya tidak jadi melahirkan normal dengan ILA, saya kurang tahu biayanya. Ketika keluar RS, biaya yang saya keluarkan tidak jauh berbeda ko dari pricelist. Padahal saya ada tambahan makanan sahur untuk ibu dan suami saya.

FYI, kita tidak boleh memesan kamar terlebih dahulu. Ketika kita datang, mengurus administrasi, baru kita tahu ada di kamar yang mana. Waktu saya, ketika masuk jam 1an siang, saya dapat di kamar kelas 2, padahal saya meminta kelas 1 utama. Karena akan ada yang akan keluar jam 5 sore, maka ketika selesai di ruang pemulihan, saya langsung masuk di ruang kelas 1 utama.

Saya pribadi lebih senang di Kelas 1 Utama, walaupun kamarnya lebih kecil, desain lebih tua dan berada di gedung lama.

Beberapa kekurangan menurut saya :
1. ruang ganti bayi nya sempit banget.
2. ruang menyusui nya sempit dengan desain yang engga banget. Sofa tua dan kursi ruang tunggu biasa. Beda banget ama ruang menyusui nya KMC.
3. area cashier yang di depan (yang baru) desainnya agak sedikit membahayakan, karena harus naik 2 anak tangga. Hati-hati ya kalo mau bayar.

Oh iya, yang bikin ga ribet makan buat yang nungguin kita pas lahiran, di depan ada gado-gado boplo dan foodcourt berbagai macam makanan yang enak-enak.. Mie ayam, gado-gado, soto mie, sate, rujak, dll.. enak-enak smua.. hahaha..

Kalo ditanya "Nanti hamil anak kedua mau kontrol dimana?"
Yakin banget saya akan bilang "insya Allah di YPK lagi dengan dr. Yusfa"

So far ini seh yang bisa saya review. Maaf ga ada fotonya ya. Boro-boro kepikiran foto-foto deh dengan kondisi saya saat itu.

Buat mommy-mommy cantik yang lagi hamil, cari-cari RS.. Semangat ya.. semoga lancar kehamilannya hingga melahirkan..

Love,
Vicka

Senin, 12 Oktober 2015

Cerita Melahirkan


Setelah 3 bulan cuti melahirkan.. Hari ini saya kembali ke kantor tercinta.. Mumpung kerjaan belum masuk ke meja.. Mari kita ngeblog dulu..

Dimulai dengan cerita melahirkan dari emak-emak yang sekarang naik kereta.. “reward to myself.. berhasil naik commuterline”

Jadi ya.. cerita berawal dari tanggal..

1 Juli 2015.. 
Mulai dari awal Juli, saya sudah kontrol si dedek janin setiap seminggu sekali..
Si emak-emak perut gendut ini sudah mulei nanya-nanya tentang ILA sama dokter..
VC :  “Dok, saya mau normal ya.. Pengennya pake ILA, supaya painless”..
dr.YR “iya, tapi ada syaratnya lho. Ga bisa gitu aja. ILA baru disuntikkan setelah bukaan 5”..
VC : “iya dok. Trus perlu cek darah lagi ga?”
dr. YR : “minggu depan cek darahnya ya, sekalian kita bicarakan birthplan. Kan minggu depan masuk 36 minggu. Bayi km besar. Jadi saya harus ancang-ancang dari sekarang. Bagusnya seh minggu-minggu depan lahiran”
VC : “ko minggu depan dok? Kan harusnya 40 minggu?” (bengong antara siap dan ga siap untuk menghadapi lahiran)
Dr. YR : “iya.. tapi nanti klo bayinya makin besar, makin susah lho lahirannya. Mau normal kan?”
VC : “iya dok” (Pasrah)

Minggu depannya.. 

7 Juli 2015
VC : “hallo dok..”
dr. YR : “hai.. bagus semua.. dede nya udah 3,5 kg neh Vick..”
VC : “gede banget dok.. jadi gmn?”
dr. YR : “semoga kamu ada mules ya minggu ini. Biar ga makin gede. Masih mau normal kan? Ini lagi kontraksi neh. CTG dulu deh. Saya mau lihat kondisi nya. Sekalian ambil darah ya.. Minggu depan kita bicarakan birthplan”
VC : “.................” (Makin deg-deg an deket-deket waktu lahiran)

Setelah ambil darah dan hasil CTG bagus.. Akhirnya bisa pulang.. Soalnya tumben banget hari itu antrinya lamaaaaaa bangeeeet.. Antri dokter lama, antri bayar dan obat pun lama.. Pas lagi siap-siap bobo di mobil, sementara suami nyetir.. Tiba-tiba di telp dari RS “Bu, besok diminta dokter Yusfa balik ke RS lagi ya.. Soalnya Hb ibu rendah”


Pertama kali CTG, malem-malem pulang kantor..


Besoknyaaaa... 

8 Juli 2015

Masuk ke poli lagi dan ketemu dr. YR lagi..
dr. YR : “Ko ga langsung masuk?”
VC : “Kirain harus antri dok”
Setelah USG perut lagi..
dr. YR : “dede nya masih 3,5 kg. Plasenta bagus dan ketuban juga masih banyak”
Masih tiduran di tempat tidur periksa..
dr. YR : “hasil CTG kemarin juga bagus. Tapi Hb nya rendah neh vick. Ada 2 kemungkinan : transfusi darah atau infus zat besi”
VC : bengong dulu.. antara kaget dan bingung karena harus transfusi darah “infus zat besi aja ya dok”
dr. YR : “Ini perut kamu juga lagi kontraksi neh. CTG lagi ya. Saya mau cek kondisi bayi nya. Saya cek dalem dulu”
VC : muka panik langsung stress.. ditambah teriak-teriakan di poli.. *pasien lebay*
dr. YR : “bukaan 1 sempit, kepala bayi udah dibawah. Kita lihat hasil CTG nya ya. Baru saya tau harus kasih tindakan apa”
Si emak hamil langsung bingung.. “what? Bukaan 1? Berarti udah mau lahiran donk?!?”

Keluar dari poli langsung di CTG ama susternya.. 


Abis CTG, niatnya mau ke kantor

Selesai CTG, langsung masuk ke Ruangan dokter lagi..

Muka dokternya berubah.. Si emak-emak hamil bingung..

dr. YR : “ini.. gerakan janin nya udah kurang baik.. kontraksi udah 10 menit 3 kali.. maaf ya, saya harus intervensi medis dengan terapi oksigen. Kalo sudah terapi oksigen, janin nya masih lemah pergerakannya, mau ga mau jam 2 siang ini harus operasi”

Saya dan suami bingung.. Speechless.. Tadi suruh transfusi atau infus oksigen.. kenapa sekarang malah harus operasi?
Suami nanya “Masalah Hb rendahnya gimana, dok?”
dr.YR : “harus transfusi darah. Cuma itu satu-satu nya cara paling cepat untuk menaikkan Hb”
FYI.. Hb saya waktu itu di angka 8, padahal normal nya 12..
Berarti hari itu saya sudah masuk fase observasi persiapan persalinan..

Keluar poli, saya langsung dianter suster ke ruang bersalin Kala 1. Dilanjutkan dengan CTG.

Setelah terapi oksigen.. alhamdulillah, janin nya aktif bergerak lagi. Tapi saya tetap tidak boleh pulang karena hari itu juga saya akan transfusi darah.. Dokter meminta suster untuk menyiapkan 700 cc darah.. Namun sore itu hanya tersedia 1 kantung darah sekitar 200 cc.. Saya dan suami deg-deg an lagi.. Berharap kantung berikutnya segera didapatkan.. Maklum, saat itu sedang bulan puasa.. Yang donor sedikit, tapi kebutuhan darah diluar sana tetap banyak.. Transfusi dimulai jam 5 sore di Ruang Kala 1.. Untung nya saat itu ga ada emak-emak hamil lain yang teriak-teriakan kontraksi nunggu bukaan.. Jadi saya bisa dengan tenang transfusi darahnya..
Oh iya.. setiap 4 jam sekali saya CTG dan “cek bukaan”..
Untuk masalah cek bukaan, saya ga mau sering-sering.. Sampe bidan-bidan disana lapor ke dokter Yusfa bahwa si pasien ini ga mau cek bukaan.. Untung nya dokternya baik.. Jadi saya ga cek bukaan terus-terusan.. Menurut saya, saya ga ngerasain sakit kontraksi.. Jadi logika nya, bukaan ga akan nambah.. 

 Transfusi dara pertama di Ruang Kala 1

Pak suami sok sok an romantis.. Nyium tangan istrinya..
Ga malu sama brewok boss? (belum sempet cukur jenggot)

Jam 20.30

Petugas lab ke kamar saya untuk ambil sample darah saya.. Katanya di PMI tersedia 1 kantung darah.. Mereka harus segera ke PMI karena akan tutup jam 21.00. Alhamdulillah, akhirnya ada persediaan darah di PMI..

9 Juli 2015
Jam 02.00 (dinihari)
Transfusi darah kantung kedua dilaksanakan.. Sambil ngantuk-ngantuk dan banyak nyamuk, saya di transfusi.. Transfusi kedua ini sebanyak 287 cc.. Alhamdulillah udah hampir 500cc.. Transfusi darah selesai jam 05.00.. Dilanjutkan dengan CTG dan cek bukaan lagi.. Lagi-lagi saya menolak untuk cek bukaan..

Paginya, dr. YR visit ke kamar.. Sambil nahan malu, saya bilang kalo saya ga mau cek bukaan karena merasa ga mules.. Alhamdulillah nya dr Yusfa mengerti dan bilang “gpp ko ga cek bukaan. Soalnya dari hasil CTG, kontraksi nya menurun.. Biasanya kalo kontraksi menurun, bukaan ga nambah.. Ini mau dipercepat bukaan nya atau santai aja?”
Langsung donk saya jawab “santai aja dok” (saya langsung mikir.. kalo dipercepat, pasti di induksi.. dan saya ga mau diinduksi..)
dr. YR : “ya udah.. banyak jalan aja ya.. sama jongkok berdiri”

Sehabis mandi pagi, saya ditemani suami jalan keliling RS. Bolak-balik, bolak-balik.. Sampe bosen dan akhirnya minta pulang, nunggu bukaan di rumah.. 

Jalan-jalan di lorong Rumah Sakit

FYI ya.. saya minta pulang ini karena mendapatkan cerita dari beberapa teman yang mengatakan “anak pertama, bukaan 1 ke 10 bisa lama lho”.. Daripada bill RS nya  meningkat drastis.. Lebih baik nunggu di rumah aja lah ya..

Saya pun minta ke suster untuk memberikan informasi ke dr. Yusfa. Untungnya, dr. Yusfa mengizinkan saya untuk menunggu bukaan di rumah.. Namun, beliau pesan untuk segera kembali ke RS apabila :
  1. keluar darah
  2. janin tidak bergerak
Horeeee.. bisa pulang..

10 Juli 2015

Sahuuur... sahuuuur.. sahuuuur..
Ibu hamil gede ini ikut nemenin suami sahur.. Abis sahur, langsung jalan keliling komplek, sambil sesekali jongkok berdiri..
Abis solat subuh langsung bobo..
Berhubung pas di opname kemarin ga bisa bobo karena nyamuk dan harus dibangunin cek ini itu.. jadilah hari itu kita semua bangun siang banget.. Jam 10.30..

Pas melek mata.. pegang-pegang perut karena perasaan, baby nya ga gerak.. Sambil elus-elus, sambil anaknya diajak ngomong “dede.. ko ga gerak.. ayo donk gerak..”
Eeeeeh.. dari dalem sana ngerespon donk.. Alhamdulilah..
Laluuuuu.. kita beres-beres, males-malesan dan mainan HP.. Sampe akhirnya jam 11.30.. saya tidak merasakan gerakan si janin.. Dan saya pun ngomong ke mama saya..
VC : “ma.. ko ga gerak ya dd nya?”
Ma : “ya udah, cepetan kita ke Rumah Sakit. Menurut mama, ke RS terdekat aja dulu.. Ga usah ke YPK”
VC : “ga mau ah ma.. mau langsung ke YPK aja”
Ma : “Kalo macet gimana? Kalo terjadi sesuatu gimana?”
Daaaan.. insting seorang ibu ini berbicara “ke YPK saat orang solat jumat, pasti jalanan kosong. Kalo ke RS terdekat, pasti butuh waktu untuk observasi. Kalo harus tindakan, pasti akan lebih lama untuk urus administrasi dan observasinya.. Bismillah saya tetap mau langsung ke YPK”

Langsung mandi dan siap-siap dan langsung ngelarang suami solat jumat.. “Maaf ya sayang.. bukan maksud hati nyuruh kamu ke jalan tidak benar..Tapi ini urgent.. Allah juga tau ko”

SMS dr. Yusfa dan beliau langsung menyuruh saya ke YPK. Jam 12.15 kita jalan dari rumah sambil deg-deg an.. Sepanjang jalan setel ayat kursi.. Ajak ngobrol si dd.. Sampe akhirnya dr Yusfa SMS “Dimana? Ko belum sampe” (emang sih.. udah 1 jam dari saya sms beliau.. Rupanya dokter ini ikutan panik)..

Sampe RS jam 13.15.. Saya langsung ke pendaftaran.. Mana lama banget lagi bagian administrasinya.. Pas sampe depan pintu poli nya, saya langsung info ke susternya bahwa saya adalah Vicka.. Dan suster nya langsung meminta saya masuk.. *Maaf ya yang masih pada antri.. saya selak*

Sampe ruangan langsung di USG.. Lagi-lagi tampang dr. Yusfa serius.. *bikin panik ya dok*
dr. YR : “Alhamdulillah masih ada..” (lagi-lagi bikin deg-deg an kan statement nya)
dr. YR : “Saya sudah ga punya option, ini harus di operasi. Saya mau menyelamatkan ibu dan bayinya. Tadi pas jumatan saya kepikiran, takut kenapa-kenapa.. Saya tungguin ga dateng-dateng.. Siap ya Vick operasi sekarang. Soalnya bayinya harus lahir segera. Kalo bisa 30 menit udah diluar.. Paling lama 1 jam”

Saya makin panik donk digituin..
dr. YR : “suster.. siapin operasi ya.. SC cito” (belakangan saya tahu cito adalah istilah medis untuk sesuatu yang urgent / emergency)
“kemarin Hb nya 9,6. Tapi bismillah aja kita operasi ya. Tolong siapin darah lagi ya suster”

Langsung deh saya di giring ke ruang bersalin.. Sambil deg-degan.. Sambil berdoa.. Suasana di ruang Kala 1 pun mendadak riweuh.. pasang infus, tutup kepala, sementara suster lainnya menyiapkan ruang OK..
Sebelum SC, dokter Yusfa menghampiri saya “Siap ya Vick.. Bismillah aja.. Insya Allah semuanya lancar..”
Setelah berdoa dan pamit ama mama dan suami.. Akhirnya saya berjalan sendiri ke ruang OK bersama seorang bidan.. Kata suami saya seh.. saya masuk ruang bersalin jam 14.10..

Panik, deg-deg an, excited semua campur jadi satu.. dr. Anastesi (lupa namanya.. tapi baik bangeeeeeet), menjelaskan prosedur suntik anastesi untuk SC. Intinya, posisi kita membungkuk seperti udang, trus disuntik di ruas belakang (tapi lupa di ruas keberapa.. udah lupa karena kedinginan).. Dokter juga menjelaskan resiko terburuk dari anastesi ini, yaitu bisa terjadi kelumpuhan.. Tapi menurut dokter, itu jarang sekali terjadi..

Alhamdulillah suntiknya ga sakit sama sekali.. Abis disuntik, mulailah kaki saya kaku dan saya semakin kedinginan.. Ntah kedinginan karena ruang OK dingin, atau karena efek anastesi nya..
Ga lama kemudian, dokter yusfa masuk dengan kostum kumplit siap mengoperasi.. Belak belek sana sini (lumayan berasa perutnya bergerak-gerak), ga lama kemudian lahir deh dd bayik nya..

Tepat jam 14.29, tentunya di tanggal 10 Juli 2015.. Berat 3.494 gr.. Panjang 51 cm..


Alhamdulillah.. dd nya langsung nangis..
Di bersihin sebentar.. trus diplastikin dan diandukin.. dd nya dikasih liat ke saya..
“Assalamualaikum sayang.. ini mama.. Alhamdulillah udah lahir anak mama” Itu kata-kata pertama saya..

Sayangnya.. saya ga sempat IMD.. Cuma ditaro sebentar di dada, tapi dengan kondisi si baby langsung diarahkan ke puting.. Ya sudahlah yaaaa.. saya sendiri ga tega karena ruang operasi sangat dingin.. Saya aja kedinginan, apalagi dd bayi nya..

Ga lama kemudian, dd nya diliatin ke suami saya, sebelum dibersihkan di kamar bayi.. Lalu, suami saya mengadzani putri mungil kami..

Sementara saya dijahit dan dibersihkan, kemudian dibawa ke ruang pemulihan..
Di ruang pemulihan, keluarga saya satu persatu menghampiri saya..

Semua kepanikan sejak siang sirna sudah.. Yang ada lega..
“Terima kasih dokter yusfa.. Terima kasih bidan-bidan dan suster-suster YPK”

Sebelum keluar ruang OK, dr. Yusfa cuma bilang “Selamat ya Vick, bayi nya udah lahir.. Bayi nya besar..” Langsung beliau keluar ruang OK.

Belakangan saya tau, sebenarnya setelah jumatan itu, dr. Yusfa sudah ada perjanjian untuk SC pasien lain. Namun karena kondisi saya darurat, beliau mengoperasi saya terlebih dahulu..
Sujud syukur, alhamdulillah dan terima kasih banget sama Allah, saya sudah memilih Sp.OG yang tepat..

Foto atas : masa-masa observasi, sebelum melahirkan
Foto bawah : setelah melahirkan.. tetep disuruh jalan, supaya jaitannya ga kaku

Welcome to parenthood for us..

Love,
Vicka